Alkisah pada zaman dahulu kala, ada dua orang tunanetra tua dan muda yang saling bergantung hidup. Setiap hari mereka mencari nafkah dengan bermain harpa. Suatu hari, tunanetra tua yang menjadi seperti gurunya itu jatuh sakit, ia tahu dirinya tidak lama lagi akan meninggal. Maka ia memanggil tunanetra yang muda ke sisi tempat tidur menggengam erat tangannya.
Dan dengan berat berkata. “Nak, saya ada satu rahasia di sini, bisa membuatmu melihat kembali, sudah saya simpan didalam kotak harpa. Tetapi, harus kamu ingat. Harus menunggu sampai putus dawai yang keseribu baru boleh dikeluarkan, jika tidak, maka kamu tidak akan dapat melihat cahaya terang.”
Dengan berlinang air mata tunanetra muda itu berjanji pada gurunya itu, yang akhirnya dengan tersenyum pergi selama-lamanya. Dari hari ke hari, tahun demi tahun, tunanetra muda hanya mengingat pesan gurunya, setiap hari terus bermain harpa setiap putus satu dawai ia menyimpannya selalu mengingat dalam hati. Setelah dengan susah payah dia menanti sampai dawai yang ke-seribu itu putus, tunanetra muda sudah memasuki usia senja, menjadi orang tua yang banyak mengalami kegetiran hidup, dengan kegembiraan hati menggebu-gebu, serta dengan tangan gemetar membuka kotak harpa dan membuka rahasia itu.
Namun, orang lain memberitahu padanya bahwa itu adalah secarik kertas putih tidak ada apa pun dikertas itu, air matanya berlinang jatuh di atas kertas. Tetapi, ia tersenyum. Apakah si gurunya itu telah membohonginya? . Mengapa malah tersenyum memegangi kertas putih yg tidak ada isinya itu, sebab sesaat ia mengeluarkan rahasia itu ia sudah mengerti akan maksudnya.
Rahasia yang diberi gurunya itu adalah rahasia yg tidak dibubuhi tulisan, merupakan rahasia yang tidak bisa dicuri orang. Hanya dia sejak muda memetik hingga putus dawai yang keseribu kemudian baru bisa memahami makna rahasia itu yang sesungguhnya rahasia itu adalah cahaya harapan, yaitu cahaya dalam kegelapan yang tak bertepi dalam penderitaan yang tak berujung itu.
Sang guru telah menyalakan sebuah pelita dalam kegelapan yang dia jalani selama ini. Sebuah harapan yang membuatnya terus berjuang dan memainkan dawai berharap bisa melihat cahaya. Sebuah harapan yang membuatnya bertahan untuk sepasang mata. yang mungkin jika tanpa cahaya tersebut dia mungkin sudah hilang ditelan kegelapan. Justru dengan harapan tersebut dia mampu hidup hingga memetik putus dawai yang keseribu itu.
Ia sangat berharap dapat melihat terang dan dalam hatinya selalu mempunyai keyakinan yang teguh, ia menganggap kegelapan itu tidak selamanya asalkan ia terus berusaha. Sesungguhnya, hatinya sudah benar-benar terang hingga akhirnya apakah dia bisa melihat atau tidak bukan lagi hal yang penting buat dia.
Sebuah harapan dalam hidup kita merupakan hal yang sangat penting yang akan membuat kita terus bertahan dengan berbagai cobaan selama hidup. Sebuah harapan yang menjadi pelita membantu menerangi sebuah hati dari kegelapan. Jadi apa salahnya jika kita terus bertahan dengan subuah harapan meski harapan tak selalu sama dengan kenyataan. Namun, setidaknya harapan tersebut akan membuat diri kita mampu bertahan dalam menjalani cobaan hidup yang penuh dengan liku-likunya.