” Laila & Majnun ” Kisah Cinta Persia Sepanjang Masa

Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.”

Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka. “Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami.”

Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian dan kekaguman. Sejak awal, Qais telah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan musik, menggubah syair dan melukis. Continue reading

Bertengkar Dengan Indah

Tanpa sengaja, saya membongkar arsip milis yang pernah saya ikuti sekitar 6-8 tahun yang lalu. Saya menemukan sebuah tulisan yang begitu menarik, tentang pertengkaran suami-istri. saya merasa, mungkin ini bisa menjadi referensi bagi kita bagaimana bertengkar yang indah itu. Saya sendiri, setelah lebih 3 tahun lebih (lebih 9hr pd hari ini 🙂 ) menikah memang yang namanya pertengkaran pasti sedikit banyak terjadi diantara saya dan istri, bahkan seringnya dikarenakan masalah-masalah sepele yang tragisnya sebenrnya tidak perlu diributkan, tapi ya namanya rumah tangga justru akan terasa hampa jika tidak ada keributan, yang perlu kita tanamkan adalah bagaimana membuat setiap pertengkaran tersebut menjadi indah dan memperkuat ikatan cinta kita terhadap pasangan bukan justru membuat keretakan…

Tulisan ini dari seorang teman bernama Sudarmawan Batara yang diposting dalam milis Air Putih tertanggal 15 Mei 2007. Mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi buat kita dalam bertengkar dengan istri/suami 😀 Continue reading

Hachiko si Anjing yang Setia (Chuken Hachiko)

Hachiko (10 November 1923-8 Maret 1935) adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Odate, Prefektur Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachiko terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.

Julukan baginya adalah Hachiko Anjing yang Setia (Chuken Hachiko). Patung Hachiko di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan patung Hachiko.

Kisah hidup

Lahir 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Oshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saito dari kota Odate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Odate, 14 Januari 1924. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo. Continue reading