Kita tak pernah memiliki…

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Continue reading

Cinta Tak Harus Dalam Bentuk Bunga

ada sebuah kisah yang sangat menyentuh, bahwa kadang kadang perbedaan pandangan dan harapan dapat menyebabkan lunturnya rasa cinta di hati

Pasangan saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga
tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah
mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan”

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Continue reading

Jangan ragu….Senyumlah, percayalah…

Yang ingin aku sampaikan disini kudapatkan dari sebuah milis yang sangat mendorongku untuk terus bertahan dan berusaha… 

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha
yang sepertinya sia-sia…
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu
masih terasa pedih…
Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu
dan waktu serasa berlalu begitu saja…
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu
terlalu sibuk untuk menelepon…
Tuhan selalu berada di sampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya
dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi..            
  
Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan
kau merasa tertekan…
Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat titik-titik
harapan…
Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa
ingin mengucap syukur..
Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi
ketakjuban…
Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi
untuk digenapi…
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan
namamu.

Dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap… 
TUHAN TAHU.

Jangan ragu….Senyumlah, percayalah…
GOD is good all the time.

Saat marah Kenapa harus berteriak??

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;
“Mengapa ketikMaraha seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”
“Tapi,” Sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada
disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata, “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi
kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun
menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”

Sang guru masih melanjutkan, “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?”
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak
berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.
“Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

*Sang guru masih melanjutkan, “Ketika anda sedang dilanda kemarahan,
janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak
mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.”*

Ubah Pola PIKIR Kita..

dari milis tetanggga…

Sekelompok wisatawan tertahan di suatu tempat asing di luar kota.
Mereka hanya menemukan bahan makanan yang kedaluwarsa. Karena lapar, mereka
terpaksa menyantapnya, meskipun sebelumnya dicobakan dulu kepada seekor
anjing yang ternyata menikmatinya dan tak terlihat efek sampingnya.

Keesokan harinya, ketika mendengar anjing itu mati, semua orang menjadi
cemas.
Banyak yang mulai muntah dan mengeluh badannya panas atau terserang diare.
Seorang dokter dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan.
Kemudian sang dokter mulai mencari sebab-musabab kematian si anjing yang
dijadikan hewan percobaan tersebut.

Ketika dilacak, eh ternyata anjing itu sudah mati karena terlindas mobil.

Apa yang menarik dari cerita di atas?
Ternyata kita bereaksi menurut apa yang kita pikirkan,
bukan berdasarkan kenyataan itu sendiri.
We see the world as we are, not as it is.
Akar segala sesuatu adalah cara kita melihat.
Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan,
dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan.
Ini disebut sebagai model See-Do-Get.

++++++++++++ +++++++++ +++++++++ +++++++++ ++++++++
Perubahan yang mendasar baru akan terjadi ketika ada perubahan cara melihat.
Ada cerita menarik mengenai sepasang suami-istri yang telah bercerai.

Suatu hari, Astri, nama wanita ini, datang ke kantor Roy, mantan suaminya.
Saat itu Roy sedang melayani seorang pelanggan.

Melihat Astri menunggu dengan gelisah, pimpinan kantor menghampirinya dan
mengajaknya berbincang-bincang.
Si Bos berkata, “Saya begitu senang, suami Anda bekerja untuk saya.
Dia seorang yang sangat berarti dalam perusahaan kami, begitu penuh
perhatian dan baik budinya.”
Astri terperangah mendengar pujian si bos, tapi ia tak berkomentar apa-apa.
Roy ternyata mendengar komentar si bos.
Setelah Astri pergi, ia menjelaskan kepada bosnya,
“Kami tak hidup bersama lagi sejak 6 bulan lalu,
dan sekarang dia hanya datang menemui saya bila ia membutuhkan tambahan uang
untuk putra kami.”

Beberapa minggu kemudian telepon berbunyi untuk Roy.
Ia mengangkatnya dan berkata, “Baiklah Ma, kita akan melihat rumah itu
bersama setelah jam kerja.”
Setelah itu ia menghampiri bosnya dan berkata, “Astri dan saya telah
memutuskan memulai lagi perkawinan kami.
Dia mulai melihat saya secara berbeda tak lama setelah Bapak berbicara
padanya tempo hari.”

Bayangkan, perubahan drastis terjadi semata-mata karena perubahan dalam cara
melihat.
Awalnya, Astri mungkin melihat suaminya sebagai seorang yang menyebalkan,
tapi ternyata di mata orang lain Roy sungguh menyenangkan.
Astrilah yang mengajak rujuk, dan mereka kembali menikmati rumah tangga yang
jauh lebih indah dari sebelumnya.

Segala sesuatu yang kita lakukan berakar dari cara kita melihat masalah.
Karena itu, bila ingin mengubah kehidupan kita, kita perlu melakukan
revolusi cara berpikir.

Stephen Covey pernah mengatakan:
“Kalau Anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup,garaplah perilaku Anda,
tapi bila Anda menginginkan perubahan-perubahan yang besar dan mendasar,
garaplah paradigma Anda.”

Covey benar, perubahan tidak selalu dimulai dari cara kita melihat (See).
Ia bisa juga dimulai dari perilaku kita (Do). Namun, efeknya sangat berbeda.

++++++++++++ +++++++++ +++++++++ +++++++

Ini contoh sederhana. Seorang anak bernama Alisa yang berusia empat tahun
selalu menolak kalau diberi minyak ikan.

Padahal, itu diperlukan untuk meningkatkan perkembangan otak dan daya tahan
tubuhnya.

Betapapun dibujuk, ia tetap menolak. Dengan maksud baik, kadang-kadang ia
dipaksa menelan minyak ikan.
Ia menangis dan meronta-ronta.

Usaha tersebut memang berhasil memaksanya, tapi ini bukan win-win solution.
Si orang tua menang, ia kalah. Ini pendekatan yang dimulai dengan Do.
Maka ditemukanlah cara lain yaitu dengan mengubah paradigma Alisa.

Si orang tua tahu Alisa sangat suka sirup, karena itu minyak ikan tersebut
di aduk dengan air dalam gelas.
Ternyata, ia sangat gembira dan menikmati “sirup” minyak ikan itu.
Bahkan, sekarang ia tak mau mandi sebelum minum “sirup” tersebut.

Contoh sederhana ini menggambarkan proses perubahan yang bersifat inside-out
(dari dalam ke luar).
Perubahan ini bersifat sukarela dan datang dari Alisa sendiri.
Jadi, tidak ada keterpaksaan.

Inilah perubahan yang diawali dengan See.
Perubahan yang dimulai dengan Do, bersifat sebaliknya, yaitu outside-in.
Perubahan seperti ini sering disertai penolakan.

Jangankan dengan bawahan, dengan anak kecil seperti Alisa saja, hal ini
sudah bermasalah.

Pendekatan hukum bersifat outside-in dan dimulai dengan Do.
Orang tidak korupsi karena takut akan hukumannya, bukan karena kesadaran.
Pada dasarnya orang tersebut belum berubah, karena itu ia masih mencari
celah-celah yang dapat dimanfaatkannya.

Pendekatan SDM berusaha mengubah cara berpikir orang.
Akar Korupsi sebenarnya adalah pada cara orang melihat.
Selama jabatan dilihat sebagai kesempatan menumpuk kekayaan, bukannya
sebagai amanah yang harus
dipertanggungjawabk an, selama itu pula korupsi tak akan pernah hilang.

Inilah pendekatan inside-out.
Memang jauh lebih sulit, tetapi efek yang dihasilkannya jauh lebih mendasar.
Cara kita melihat masalah sesungguhnya adalah masalah itu sendiri.

Karena itu, untuk mengubah kehidupan, yang perlu Anda lakukan cuma satu:
Ubahlah cara Anda melihat masalah.
Mulailah melihat atasan yang otoriter, bawahan yang tak kooperatif,
pelanggan yang cerewet dan pasangan yang mau
menang sendiri sebagai tantangan dan rahmat yang terselubung.

Orang-orang ini sangat berjasa bagi Anda karena dapat membuat Anda lebih
kompeten, lebih profesional, lebih arif dan lebih sabar.

Saya menyukai apa yang dikatakan John Gray, pengarang buku Men Are from Mars
and Women Are from Venus.
Gray melihat masalah dan kesulitan dengan cara yang berbeda.
Ujarnya, “Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita
untuk tumbuh.”

Kotak Harpa dan Harapan …

Alkisah pada zaman dahulu kala, ada dua orang tunanetra tua dan muda yang saling bergantung hidup. Setiap hari mereka mencari nafkah dengan bermain harpa. Suatu hari, tunanetra tua yang menjadi seperti gurunya itu jatuh sakit, ia tahu dirinya tidak lama lagi akan meninggal. Maka ia memanggil tunanetra yang muda ke sisi tempat tidur menggengam erat tangannya.

Dan dengan berat berkata. “Nak, saya ada satu rahasia di sini, bisa membuatmu melihat kembali, sudah saya simpan didalam kotak harpa. Tetapi, harus kamu ingat. Harus menunggu sampai putus dawai yang keseribu baru boleh dikeluarkan, jika tidak, maka kamu tidak akan dapat melihat cahaya terang.”

Dengan berlinang air mata tunanetra muda itu berjanji pada gurunya itu, yang akhirnya dengan tersenyum pergi selama-lamanya. Dari hari ke hari, tahun demi tahun, tunanetra muda hanya mengingat pesan gurunya, setiap hari terus bermain harpa setiap putus satu dawai ia menyimpannya selalu mengingat dalam hati. Setelah dengan susah payah dia menanti sampai dawai yang ke-seribu itu putus, tunanetra muda sudah memasuki usia senja, menjadi orang tua yang banyak mengalami kegetiran hidup, dengan kegembiraan hati menggebu-gebu, serta dengan tangan gemetar membuka kotak harpa dan membuka rahasia itu.

Namun, orang lain memberitahu padanya bahwa itu adalah secarik kertas putih tidak ada apa pun dikertas itu, air matanya berlinang jatuh di atas kertas. Tetapi, ia tersenyum. Apakah si gurunya itu telah membohonginya? . Mengapa malah tersenyum memegangi kertas putih yg tidak ada isinya itu, sebab sesaat ia mengeluarkan rahasia itu ia sudah mengerti akan maksudnya.

Rahasia yang diberi gurunya itu adalah rahasia yg tidak dibubuhi tulisan, merupakan rahasia yang tidak bisa dicuri orang. Hanya dia sejak muda memetik hingga putus dawai yang keseribu kemudian baru bisa memahami makna rahasia itu yang sesungguhnya rahasia itu adalah cahaya harapan, yaitu cahaya dalam kegelapan yang tak bertepi dalam penderitaan yang tak berujung itu.

Sang guru telah menyalakan sebuah pelita dalam kegelapan yang dia jalani selama ini. Sebuah harapan yang membuatnya terus berjuang dan memainkan dawai berharap bisa melihat cahaya. Sebuah harapan yang membuatnya bertahan untuk sepasang mata. yang mungkin jika tanpa cahaya tersebut dia mungkin sudah hilang ditelan kegelapan. Justru dengan harapan tersebut dia mampu hidup hingga memetik putus dawai yang keseribu itu.

Ia sangat berharap dapat melihat terang dan dalam hatinya selalu mempunyai keyakinan yang teguh, ia menganggap kegelapan itu tidak selamanya asalkan ia terus berusaha. Sesungguhnya, hatinya sudah benar-benar terang hingga akhirnya apakah dia bisa melihat atau tidak bukan lagi hal yang penting buat dia.

Sebuah harapan dalam hidup kita merupakan hal yang sangat penting yang akan membuat kita terus bertahan dengan berbagai cobaan selama hidup. Sebuah harapan yang menjadi pelita membantu menerangi sebuah hati dari kegelapan. Jadi apa salahnya jika kita terus bertahan dengan subuah harapan meski harapan tak selalu sama dengan kenyataan. Namun, setidaknya harapan tersebut akan membuat diri kita mampu bertahan dalam menjalani cobaan hidup yang penuh dengan liku-likunya.