Penjual ikan dan papan pengumuman

Mungkin cerita dibawah ini dapat menjadi sedikit masukan bagi kita semua bahwa kita hidup berdampingan dengan orang lain tidak mungkin bisa memenuhi semua keinginan mereka. Kita harus memiliki sebuah keyakinan akan sesuatu yang kita lakukan, harus memiliki prinsip dan tidak asal mengikuti perkataan setiap orang.

Alkisah, hidup seorang penjual ikan segar yang setiap pagi dia menjual ikan yang dia beli langsung dari nelayan di pasar kampung tempat dia tinggal. Suatu pagi, dia berpikir untuk membuat sebuah papan pengumuman yang bertuliskan “DISINI JUAL IKAN SEGAR”. Dia berpikir dengan papan tersebut akan bisa membuat ikan yang dijualnya bisa banyak. Maka dengan segenap harapan, dia membuat papan pengumuman tersebut.

Setelah papan pengumuman tersebut selesai dibuat berangkatlah dia kepasar untuk berjualan ikan yang baru dibelinya dari nelayan. Sesampainya di pasar, dia menggelar barang dagangan yang berupa berbagai macam ikan segar dan menaruh papan pengumuman itu di depan tempat dia berjualan.

Continue reading

God never closes a door without opening another

Serangga Mati

Kemarin pagi aku terbangun ketika matahari sudah beranjak tinggi, yah memang sudah pukul 6.30 waktu itu. Sedikit kesiangan bangunku kali ini. Seperti biasanya, setiap pagi sebelum berangkat keluar, kusempatkan diri untuk membersihkan rumah. Ketika hendak membuka jendela, mataku tertuju pada seekor serangga yang sedang terbang berusaha keluar dengan melewati kaca jendela. Dengan terus mengepakkan sayapnya dengan cepat siserangga berusaha sekuat tenaga untuk bisa terbang keluar rumah. Muncul pikiran iseng, aku urungkan niatku untuk membuka jendela tersebut, namun kubuka jendela yang sebelahnya. “Apa yang akan serangga itu lakukan?” pikirku dalam hati. Setelah itu aku mandi dan berangkat, baru pulang malam sekitar pikul 9 malam dan langsung tertidur saking capeknya.

Pagi ini aku terbangun pukul 4.30, Hehehe… masih pagi rupanya… Aku baru teringat dengan serangga kemarin pagi, bagai mana ya keadaannya? Serangga itu masih berada disana, namun keadaanya sangat namun keadaanya sangat jauh berbeda dengan keadaan kemarin pagi. Tak lagi terlihat semangatnya mengepakkan sayap, serangga tersebut hanya terdiam, tak bergerak sedikitpun, serangga tersebut telah “MATI”.
Continue reading

Kita tak pernah memiliki…

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Continue reading

Cinta Tak Harus Dalam Bentuk Bunga

ada sebuah kisah yang sangat menyentuh, bahwa kadang kadang perbedaan pandangan dan harapan dapat menyebabkan lunturnya rasa cinta di hati

Pasangan saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga
tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah
mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan”

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Continue reading

Jangan ragu….Senyumlah, percayalah…

Yang ingin aku sampaikan disini kudapatkan dari sebuah milis yang sangat mendorongku untuk terus bertahan dan berusaha… 

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha
yang sepertinya sia-sia…
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu
masih terasa pedih…
Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu
dan waktu serasa berlalu begitu saja…
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu
terlalu sibuk untuk menelepon…
Tuhan selalu berada di sampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya
dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi..            
  
Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan
kau merasa tertekan…
Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat titik-titik
harapan…
Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa
ingin mengucap syukur..
Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi
ketakjuban…
Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi
untuk digenapi…
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan
namamu.

Dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap… 
TUHAN TAHU.

Jangan ragu….Senyumlah, percayalah…
GOD is good all the time.

Saat marah Kenapa harus berteriak??

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;
“Mengapa ketikMaraha seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”
“Tapi,” Sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada
disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata, “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi
kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun
menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”

Sang guru masih melanjutkan, “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?”
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak
berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.
“Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

*Sang guru masih melanjutkan, “Ketika anda sedang dilanda kemarahan,
janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak
mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.”*